Di dalam toko roti tersebut Hanbin yang hanya memesan sepotong kue pun ikut mengantri panjang demi bisa memenuhi keinginannya memakan makanan manis. Sudah menduga malam minggu kali ini antrian di toko roti tersebut pasti sangat panjang, banyak sekali para pemuda yang juga ikut mengantri membayar pesanan mereka.
Saat tinggal satu orang lagi Hanbin bisa segera membayar pesanannya, namun waktu demi waktu orang di depannya ini tak kunjung menyelesaikan pembayarannya. Ketika ia mencoba mendengar percakapan antara orang di depannya ini dengan kasir toko, ternyata pada saat itu pembayaran dengan debit sedang dalam trouble.
Mendengar itu, Hanbin sedikit lega karena sudah pasti ia membayar dengan uang cash. Berbeda dengan seseorang di depannya yang tampak jauh lebih tua darinya terlihat gelisah, seperti sedang terburu buru tetapi tidak ingin membatalkan apa yang sudah dipesannya.
Menghela nafasnya berat, "Permisi om, ini mau sampai kapan ya berdiri disini. Kasian pembeli yang lain juga om kalau kelamaan." Hanbin nekat bertanya pada seseorang yang berada di depannya.
"Maaf nak, saya sangat butuh kue tart ini untuk ulang tahun anak saya. Jadi maaf ya nak jadi nunggu sebentar," ujarnya pelan.
"Maaf kalau kesannya lancang, tetapi saya denger kalau pembayaran pake kartu lagi ada masalah. Om ga bawa uang cash sama sekali?" ia bertanya untuk memastikan.
"Om bawa uang, tapi cuma empat ratus ribu. Sedangkan ini kue tartnya lima ratus ribu jadi saya mau pinjem sopir saya dulu," pungkasnya pada Hanbin.
Hanbin mengeluarkan dompetnya, "pake uang saya dulu aja om daripada kelamaan nunggu," mencoba menawarkan bantuan pada seseorang yang sedang diajak biacara itu.
"Gausah nak, paling juga sopir saya bentar lagi dateng," tolaknya secara halus.
"Udah gapapa om, kasian nanti anaknya nunggu."
Hanbin pun mengeluarkan dua lembar uang berwarna merah itu dan menaruhnya pada meja kasir. Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya untuk meyakinkan kasir toko tersebut yang juga terlihat masih ragu untuk memproses pembayarannya.
"Sama kue tart yang sepotong itu ya, soalnya itu pesanan saya jadi barengin sama om ini sekalian biar cepet." ujarnya sambil menunjuk kue pesanannya.
Sang kasir toko pun mengambil kue tart sepotong yang ditunjuk oleh Hanbin. Setelah itu kasir tersebut juga segera memproses pembayarannya. Sambil menunggu pembayarannya selesai mereka berdua berbincang sejenak.
"Kalau boleh tau anaknya umur berapa om? Dekorasi kuenya simple tapi lucu," ucapnya penasaran.
"Anak saya sekarang sembilan belas tahun, ini pertama kalinya saya merayakan ulang tahun anak saya. Karena dari dulu dia tidak pernah merayakan ulang tahunnya,"
"Jadi saya dekorasi yang simple tetapi terlihat menggemaskan kayak anak saya, dia juga lebih suka sama dekorasi kue yang lucu lucu seperti ini." lanjutnya sambil terkekeh pelan.
"Oh kirain masih kecil om, pasti anaknya suka sama kue tart ini."
"Ya semoga dia beneran suka. Oh iya, sekali lagi terima kasih atas bantuannya. Om jadi merasa ga enak sama kamu sendiri, ini kartu identitas om. Hubungi nomer yang tertera disitu, nanti om transfer uang gantinya."
Hanbin menerima kartu identitas orang itu, tercetak jelas nama, dan pekerjaannya. Membacanya dengan teliti orang yang lebih tua darinya ini bernama Zhang Yixing yang berprofesi sebagai atasan sebuah kantor ternama. Sedikit terlonjak kaget saat melihat profesinya, Hanbin merasa harus lebih sopan berbicara dengan orang yang ada di hadapannya ini.
Pembayaran mereka berdua pun sudah selesai. Kasir toko itu memberikan pesanan mereka masing-masing. Sebelum pergi, orang tersebut menyeletuk tentang anaknya.
"Anak saya ini udah sembilan belas tahun tapi belum punya pacar. Katanya sih sudah ada pacar tetapi om ga percaya kalau dia punya pacar," ucapnya sambil tersenyum tipis.
"Pasti juga bentar lagi pacarnya dibawa ke rumah om," terkekeh pelan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Biasanya kalau om desak terus pasti anak om juga bakal ngaku kok. Oh iya, saya pamit pergi dulu ya om."
Berjabat tangan dengan orang tersebut, Hanbin juga sedikit membungkukkan badannya berniat untuk menghormatinya. Setelah itu, Hanbin segera meninggalkan toko kue tersebut yang terlihat semakin ramai padahal hari sudah malam.