Aula sekolah kini dipenuhi oleh semua siswa dan siswi yang sedang duduk hanya demi menonton cerdas cermat yang selalu menjadi agenda tahunan sekolah. Kepala sekolah didampingi dua guru lainnya yang akan menjadi juri cerdas cermat dan tentunya yang akan memberikan sebuah hadiah pada pemenang cerdas cermat tahun ini. Tujuan kepala sekolah menjadikan cerdas cermat sebagai acara tahunan supaya siswa dan siswi lainnya bisa termotivasi untuk lebih giat dalam belajar.
Di dalam bagian depan aula tersebut sudah disediakan meja panjang, berserta beberapa lembar kertas serta pensil untuk masing masing perserta, ada juga enam mikrofon bluetooth yang tergeletak di meja, masing masing tim mendapat tiga mikrofon. Tidak lupa juga tiga pasang kursi, serta air minum yang ada di setiap meja itu. Bagian samping aula sudah terdapat sebuah sofa panjang untuk kepala sekolah, dan guru lainnnya yang akan mengajukan beberapa pertanyaannya.
Tibalah disana perwakilan dari kelas ipa dan kelas ips yang akan duduk didepan aula tersebut. Mereka berenam duduk saling berhadapan, menambah kesan seperti sedang berperang yang cukup membuat suasana semakin tegang.
Gesta duduk ditengah sedangkan Anggi disebelah kiri dan Bunga disebelah kanan. Kevin duduk berhadapan dengan Bunga, Juno berhadapan dengan Anggi, dan Reihan yang duduk ditengah berhadapan dengan Gesta.
Saat itulah kepala sekolah menyampaikan salam pada semua yang hadir di aula.
"Selamat Pagi anak anak, guru, dan staf yang saya hormati dan saya sayangi."
Para siswa dan siswi pun menjawab salam dari kepala sekolah tersebut. Kali ini semua orang di aula terlihat cukup antusias, karena sedikit berbeda dengan acara tahunan sebelumnya. Kevin sebagai pemilik rank 2 paralel ini selalu menolak untuk mengikuti cerdas cermat yang diadakan sekolahnya ini, namun sekarang Kevin mengikutinya.
Melihat itu Gesta sedikit khawatir, meski dirinya juga rank 1 paralel tidak menutup kemungkinan nanti akan kalah jika Kevin terus menerus menjawab soal cerdas cermat kali ini.
"Baik anak anak, cerdas cermat kali ini sudah tidak perlu ibu jelaskan lagi peraturannya seperti apa, jadi untuk host boleh segera memulai agenda kali ini, demi mempersingkat waktu."
Kepala sekolah tersebut duduk kembali pada sofa yang sudah disediakan. Sedangkan sang host berjalan ke tengah aula untuk segera memulai agenda hari ini. Diawali dengan memperkenalkan anggota masing masing dari perwakilan kelas.
"Baik, cerdas cermat kali ini agak sedikit panas yaa," ucap sang moderator.
"Tim perwakilan kelas Ipa diikuti oleh Gesta Ananta dari MIPA 1, Bunga Sukmadewi dari MIPA 1, dan Ni Made Anggi Putri Lestari dari MIPA 2."
Mereka yang berada di aula pun bersorak untuk mendukung tim kelas ipa, saat itu sorakannya terdengar sangat keras seperti sedang menonton pertandingan sepak bola. Setelahnya host kembali memperkenalkan tim berikutnya dari kelas ips.
"Tim perwakilan kelas ips diikuti oleh Kevin Juan Adiprama dari IPS 1, Reihan Zevano dari IPS 3, dan Juno Giovasa dari IPS 2."
Reaksi audiens sedikit berbeda. Mereka yang sedang menonton cerdas cermat mulai berbisik bisik seakan mempertanyakan siapa siswa yang bernama Reihan, seperti bingung karena tidak pernah melihat wajah Reihan, bahkan tidak percaya jika saja benar Reihan murid baru di sekolah itu mengapa bisa senekat ini untuk ikut cerdas cermat melawan Gesta.
"Oke, semuanya dimohon untuk tenang. Dan untuk para peserta cerdas cermat mohon letakkan telapak tangan diatas meja, tidak ada yang dibawah meja."
Mereka yang mengikuti cerdas cermat pun mulai mengikuti arahannya, dan saling pandang satu sama lain. Gesta menatap tajam Reihan yang berada di depannya, ia bersumpah akan memenangkan cerdas cermat kali ini. Melihat pandangan Gesta yang seperti itu Reihan mulai menatap balik dengan tatapan yang remeh pada Gesta.
"Untuk para dewan juri dimohon untuk segera mempersiapkan soal soalnya."
"Cerdas cermat kali ini hanya terdapat dua babak saja.”
Jantung Reihan berdegup kencang, ini adalah pengalaman pertama kalinya ia mengikuti cerdas cermat yang bahkan disaksikan oleh banyak orang. Ia selalu berpikir jika kalah maka dirinya akan sangat malu disana, bisa juga ia akan dipandang remeh oleh Gesta atau bahkan temen gengnya sendiri, Juno.
"Babak pertama dimulai dari...Sekarang!"
Kringg~
"Soal pertama. Pilihlah kelanjutan pola A, C, E, G, maka huruf selanjutnya adalah?"
Kevin mengangkat tangan terlebih dulu, akhirnya ia pun menjawab dengan mikrofon yang sedang dipegang.
"Huruf i."
"Para dewan juri, bagaimana dengan jawaban yang disampaikan oleh Kevin?"
"BENAR!"
Semua orang bertepuk tangan dan mulai bersorak untuk Kevin karena menjawab dengan sangat cepat, sedangkan tim yang dipimpin Gesta terlihat sedikit gelisah. Reihan tersenyum remeh lagi pada Gesta, ini adalah rencananya untuk bisa mengalahkan Gesta.
"Soal kedua, silahkan dewan juri."
"Dengarkan pernyataan berikut dengan teliti lalu jawab pertanyaannya. Jika hujan deras mengguyur, maka jalan protokol banjir," ujarnya.
Gesta dan Reihan saling menatap untuk bersiap siap segera menjawab pertanyaan yang sedang dibacakan.
"Jika jalan protokol banjir, maka terjadi kemacetan di semua daerah, maka simpulan yang tepat adalah?"
Reihan mengangkat tangannya dengan sangat cepat. Gesta kali ini kalah cepat untuk sekedar mengangkat tangannya. Reihan menyeringai menatap Gesta yang semakin gelisah.
"Kesimpulan yang benar dari kedua pernyataan tersebut ialah jika hujan deras mengguyur, maka terjadi kemacetan di sebagian daerah saja."
Reihan menjawab dengan penuh percaya diri, ia berpikir bahwa sebenarnya dirinya itu cerdas cuma saja ia tidak pernah menyadarinya.
"Para dewan juri, bagaimana dengan jawaban yang disampaikan Reihan?"
"Sayang sekali, SALAH!"
Semua siswa dan siswi yang menonton mulai berbisik lagi. Mendengar itu Gesta langsung mengangkat tangannya, dan mendekatkan mikrofonnya untuk menjawab.
"Simpulan yang benar itu ketika hujan deras mengguyur, maka terjadi kemacetan di semua daerah."
Setelah melontarkan jawaban tersebut Gesta terkekeh kecil sambil memandang remeh pada Reihan. Dijulurkan lidahnya sedikit untuk mengejek Reihan yang sekarang terlihat kesal padanya.
"Para dewan juri, apakah sudah tepat pernyataan dari ananda Gesta?"
"BENAR!"
Suara sorakan yang sangat keras kembali terdengar di aula tersebut.
"Oke, sekarang poinnya satu sama. Soal ketiga, silahkan dewan juri."
"Jumlah produksi guci dari sebuah pabrik gerabah selama lima hari berturut-turut adalah sebanyak 24, 27, 22, 25, dan 20."
Kali ini Reihan menatap Anggi yang sedari tadi juga ikut dalam cerdas cermat. Ia menyadari sesuatu mengapa selalu ada Anggi setiap ia ingin bertanding dengan Gesta.
"Sementara itu, jumlah produksi pot pada hari yang sama adalah 13, 9, 11, 7, dan 9."
Gesta dan Bunga mulai berdiskusi, sedangkan Anggi membantu menuliskan hasil diskusi mereka berdua pada kertas yang sudah disediakan. Berbeda dengan tim kelas ips yang tidak terlihat seperti sebuah tim.
"Jika tren dari kedua produksi bersifat konstan, maka berapa banyak produksi guci dan pot pada hari keenam?"
Dengan terburu buru Kevin mengangkat tangannya lagi untuk segera menjawab, sedangkan Gesta dan Bunga masih berdiskusi serta beranggapan bisa saja jawaban yang disampaikan kelas ips akan salah.
"23 buah guci dan 7 buah pot."
"Para dewan juri, bagaimana dengan jawaban yang disampaikan oleh ananda Kevin?"
"SALAH!"
Semua siswa dan siswi sedikit terkejut, mereka semua mulai berbisik kecil seakan tak percaya ternyata Kevin juga bisa menjawab salah. Saat itu ekspresi Reihan menatap tajam wajah Kevin yang berada di sebelahnya. Reihan mengalihkan pandangannya kedepan, kembali menatap Gesta yang sedang sibuk untuk fokus berdiskusi. Setelah itu Anggi mengangkat tangannya untuk segera menjawab.
Dibantu penjelasan dari Gesta, dengan percaya diri Anggi menjawab.
"Jawabannya 23 buah guci dan 5 buah pot."
Gesta kembali terkekeh kecil sambil memutarkan kedua matanya seakan akan meremehkan Reihan yang berada di depannya.
"Bagaimana dewan juri, apakah jawaban yang disampaikan oleh Anggi sudah tepat?"
Semua orang yang sedang menonton pun terlihat tegang, sambil menebak babak pertama dalam cerdas cermat ini dimenangkan oleh tim yang mana.
"Jawaban yang disampaikan Anggi... jawabannya...BENAR!"
"Yash!! Akhirnya!"
Gesta mengepalkan tangannya secara reflek dan sambil memandang satu sama lain pada rekan timnya. Gesta menggenggam tangan Bunga dan Anggi seolah olah meyakinkan bahwa timnya akan bisa memenangkan cerdas cermat tahun ini. Jika dilihat dari pandangan penonton, tim perwakilan kelas ipa terlihat jauh lebih kompak dibanding tim lawannya.
"Babak pertama dimenangkan oleh tim perwakilan kelas....IPA!"
Terdengar jelas suara sorakan dari para siswa dan siswi yang sedang menonton, diiringi dengan tepuk tangan dari para dewan juri. Reihan melihat keadaan sekitarnya, ia merasa semua orang berpihak pada tim yang dipimpin Gesta.
Raut mukanya mengerut, bibirnya digigit kecil, dan jari jarinya mengepal kuat. Saat itulah Juno berusaha menenangkan Reihan. Dia tahu bahwa Reihan itu orangnya pemarah, tidak bisa mengatur emosi, dan semua yang dilakukannya harus sesuai dengan keinginannya.
"Babak penentuan atau babak kedua, dimohon dewan juri untuk segera mempersiapkan empat soal matematika."
Gesta dan Anggi mulai mengambil kertas yang sudah disediakan. Sedangkan tim dari kelas ips tidak mengambil kertas sama sekali. Gesta tahu betul bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sangat disukai oleh Kevin, ia pun tak heran jika tim lawannya tidak membutuhkan kertas untuk menghitung.
"Soal pertama, jika x dan y adalah solusi dari sistem persamaan 4x + y = 9 dan x + 4y = 6, maka berapakah nilai dari 2x + 3y?"
Gesta dengan cepat menghitungnya, terlihat juga disampingnya Anggi pun juga berusaha dengan tergesa gesa menghitungnya. Tiba tiba Bunga mengangkat tangannya untuk menjawab soal tersebut.
"Jawabannya 7."
Gesta memiringkan kepalanya sambil memandangi Bunga seakan tidak percaya bagaimana caranya dia bisa secepat itu untuk menghitung.
"Para dewan juri, apakah jawaban yang disampaikan Bunga sudah tepat."
"Sayang sekali kurang tepat."
Gesta menghela nafas panjang, meringis kecil sambil terus gelisah. Setelahnya Kevin mengangkat tangannya.
"Sudah pasti 9, soalnya terlalu mudah."
Gesta mengalihkan pandangannya kedepan melihat Kevin yang hanya tersenyum kepadanya. Melihat itu justru Gesta merasa seperti direndahkan, apalagi ditambah dengan Reihan yang sedang terkekeh kecil melihat Gesta.
"Bagaimana dewan juri?"
"BENAR!"
Sorakan dari para siswi terdengar lebih dominan, karena kali ini Kevin terlihat sangat keren ketika menjawabnya. Memang sedikit sombong, tapi jawaban yang disampaikan Kevin itu tepat.
"Lanjut pada soal kedua, silahkan para dewan juri untuk membacakan soalnya."
Jatungnya berdegup kencang, pelipisnya sudah mulai berkeringat, telapak tangannya juga nampak sedikit basah karena semakin gugup. Gesta benar benar ingin memenangkan cerdas cermat kali ini, menurutnya ini bukan mengenai Anggi atau Reihan yang sedang menjadi lawannya.
Tetapi ini tentang harga dirinya sebagai ketua osis dan sebagai juara bertahan cerdas cermat di sekolahnya, jika ia kalah kali ini maka harga dirinya akan terlihat rendah dan remeh.
"Diketahui kubus ABCD,EFGH, dengan rusuk-rusuknya 10 cm. Jarak titik F ke garis AC adalah?"
Semua peserta terlihat begitu keras memikirkan jawaban yang tepat. Dengan segera Anggi menggambar sebuah kubus pada kertasnya, dibantu dengan Gesta yang juga ikut berdiskusi dengan Anggi. Kali ini Bunga juga ikut berdiskusi untuk menemukan jawaban yang tepat, namun tiba tiba Kevin dan Gesta mengangkat tangannya bersamaan. Sang host pun memperbolehkan keduanya menjawab secara bergantian, diawali dengan jawaban Gesta terlebih dulu.
"Jawabannya 5 akar 7," ujarnya percaya diri. (5√7)
"Jawaban yang tepat 5 akar 6 pastinya." (5√6)
Kevin memiliki jawaban yang berbeda dengan Gesta, raut mukanya yang terlihat sombong itu membuat Gesta sedikit mengeram. Reihan yang melihat itu mulai tersenyum tipis, ternyata benar Kevin adalah saingan terberat Gesta dalam cerdas cermat.
"Para dewan juri, dari kedua jawaban yang disampaikan manakah yang paling tepat?"
"Jawaban yang benar adalah milik..."
Gesta menutup matanya dan menggenggam tangan rekan timnya karena saat ini ia sangat takut akan kalah.
"KEVIN!"
Gesta membelalak kaget seakan tak percaya. Bahkan yang awalnya duduk dengan tegap langsung membungkuk, ia merasa benar benar mempermalukan dirinya sendiri di hadapan banyak orang. Akan tetapi Anggi dan Bunga yang ada di sebelahnya mencoba meyakinkan Gesta kalau tim mereka masih punya kesempatan.
"Wow! Tim perwakilan kelas ips memimpin babak dua kali ini."
Reihan lagi lagi tersenyum tipis seolah berkata pada Gesta untuk menyerah saja. Saat itu Gesta masih ingin memenangkan cerdas cermat tahun terakhirnya ini, ia tidak mau mengalah dan menyerah begitu saja.
"Soal ketiga, silahkan para dewan juri membacakan soalnya."
"Soal ketiga, dengarkan baik baik. Harga satu gelas bubur kacang hijau yaitu dua kali lipat dari harga satu mangkuk. Jika harga untuk 6 gelas dan 14 mangkuk adalah Rp 39.000 maka harga untuk 12 mangkuk kacang hijau adalah adalah?"
Gesta mengangkat tangannya dengan sangat cepat, bahkan waktu itu Kevin masih terlihat sedang memikirkan jawabannya.
"Harga dua belas mangkuk kacang hijau adalah sembilan ribu."
Semua yang sedang menonton di aula pun juga ikut terkejut, apakah kali ini Gesta akan salah lagi atau jawabannya sudah tepat.
"Dewan juri, bagaimana dengan jawaban yang disampaikan oleh Gesta?"
"Jawaban yang disampaikan Gesta..."
Gesta menutup matanya kembali, sambil menautkan kedua telapak tangannya untuk berdoa agar kali ini ia bisa menjawab dengan benar. Bunga dan Anggi juga ikut gugup untuk mendengar jawaban dari dewan juri.
"Sudah Benar!"
Aula tersebut dipenuhi dengan suara tepuk tangan yang sangat meriah. Gesta membuka matanya, menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat Bunga dan Anggi. Menghela nafasnya panjang, Gesta mulai berambisi lagi untuk bisa memenangkan cerdas cermat kali ini.
"Wow! Wow! Wow! Gesta akhirnya berhasil menjawab dengan cepat dan tepat!"
"Lanjut ke soal terakhir. Jika tim perwakilan kelas ips lebih dulu menjawab dengan benar, maka otomatis pemenang cerdas cermat tahun ini akan dipegang oleh kelas ips."
Para siswa dan siswi berbisik lagi, keadaan saat itu sangat tegang. Semua orang berpikir ini adalah kesempatan untuk kelas ips memenangkan cerdas cermat tahun ini.
"Tapi...jika tim dari perwakilan kelas ipa lebih dulu menjawab dengan benar, maka masih ada soal selanjutnya."
Reihan terus memandang Gesta yang sudah sangat gelisah sambil menyeringai.
"Baik, soal terakhir. Para dewan juri saya persilahkan untuk segera membacakannya."
"Soal terakhir. Suatu deret geometri diketahui suku kedua bernilai minus 6 (–6) dan suku kelima bernilai 48, maka suku kedelapan bernilai?"
Gesta langsung menulisnya pada kertas yang berada di mejanya. Dengan tergesa gesa ia mencoba untuk menghitungnya, akan tetapi secara tiba tiba Anggi dengan cepat mengangkat tangannya. Melihat itu Gesta sedikit tenang, sedangkan Reihan berdecak kesal.
"Jawabannya minus tiga ratus delapan puluh empat."
"Bagaimana dewan juri, apakah jawaban dari Anggi sudah benar?"
Gesta dan Reihan saling bertatapan, nafasnya tak beraturan, ia lipat bibirnya kedalam, dan mengepalkan tangannya.
"Sudah Benar!"
"WOOHO."
Gesta ikut bersorak bersama para siswa dan siswi yang lain. Untuk saat ini, poin dari kedua tim seri.
"Wahh! Berarti masih ada soal selanjutnya untuk menentukan siapa pemenangnya. Dewan juri, saya persilahkan segera membacakannya."
"Baik, soal selanjutnya. Jumlah tak hingga deret 48+12+3+3/4+... adalah?"
Gesta dan Kevin mengangkat tangannya bersamaan. Sekarang mereka semua yang sedang menonton cerdas cermat juga ikut berdiri karena suasana semakin tegang.
"Tenang semuanya tenang. Saya persilahkan keduanya untuk menjawab, dimulai dari Kevin dulu."
"Jawabannya 54."
"Silahkan sekarang Gesta."
"Saya yakin jawabannya adalah 64."
"Bagaimana dewan juri? Jawaban siapakah yang benar?"
Gesta kembali menggandeng tangan rekan timnya, sambil digoyangkan sedikit karena ia semakin gugup untuk sekedar mendengar jawaban dari dewan juri nanti. Reihan pun sedikit emosi melihat Gesta yang seenaknya menggenggam tangan Anggi. Berbeda dengan Gesta, justru Kevin berlagak tenang untuk hasil akhirnya. Ia berpikir jika kalah maka ini juga tidak berpengaruh pada kehidupannya, lagi pula ini pertama kalinya ia mengikuti cerdas cermat.
Kembali pada pandangan dewan juri, semua siswa dan siswi ikut berdiri seolah tidak sabar lagi untuk mendengar jawaban siapa yang paling tepat.
"Jawaban yang benar dan tepat adalah milik tim perwakilan kelas..."
Gesta menutup matanya erat, menundukkan kepalanya, dan juga menguatkan genggaman tangannya. Melihat itu Anggi dan Bunga pun ikut merasa takut pada hasil akhirnya. Mereka berdua mendekati Gesta dan berusaha untuk memeluk secara bersamaan.
"Jawaban yang tepat adalah...enam puluh empat!"
"WOAHHH!!"
Gesta berteriak sangat kencang sambil melompat lompat kecil di tempatnya, dengan reflek pun ia memeluk rekan timnya. Sedikit mengeluarka air mata, karena pada akhirnya Gesta berhasil mempertahankan gelarnya sebagai juara bertahan. Suara sorakan dari teman temannya juga tak kalah kencang, bahkan para siswa dan siswi yang sedang menonton juga ikut bersorak dan bertepuk tangan untuk merayakan kemenangan tim yang dipimpin Gesta.
"SELAMAT UNTUK TIM PERWAKILAN DARI KELAS IPA!!"
Melihat pemandangan didepannya membuat Reihan semakin tersulut emosi. Bagaimana tidak, Anggi sekarang tengah berpelukan dengan Gesta. Saat itu Reihan mulai mengepalkan tangannya seakan ingin segera memukul orang didepannya, tetapi Juno yang sadar akan hal itu segera menahannya.
Kepala sekolah pun segera menghampiri Gesta untuk menyerahkan hadiah. Gesta, Bunga, dan Anggi tersenyum lega akan kemenangan yang diraih oleh timnya. Berbeda dengan Reihan, karena semakin marah melihat Gesta yang tersenyum puas akan kemenangannya.
BRAKK!!
Reihan memukul mejanya sangat keras membuat bagian mejanya sedikit lecet. Tatapannya seperti seekor singa yang ingin menerkam dan mencabik cabik mangsanya. Mendengar suara tersebut, semua orang yang sedang memandangi Gesta langsung teralih pada sumber suara. Reihan saat itu benar benar ingin segera memukul Gesta saja, namun ia mengurungkan niatnya karena menyadari bahwa dirinya sedang dilihat oleh banyak orang, terutama Anggi.
Setelah memukul mejanya, Reihan bergegas pergi meninggalkan aula. Semua orang terheran heran, mengapa Reihan menatap dendam pada Gesta.
"Mohon tetap tenang dan duduk ditempat duduk masing masing."
Kembali pada pandangan Gesta, ia tidak memperdulikan Reihan saat itu. Yang terpenting ia berhasil memperbaiki harga dirinya didepan Anggi, bahkan semua orang yang sedang hadir hari ini.
"Selamat kepada Gesta, Bunga, dan Anggi. Ini ada hadiah yang sudah ibu siapkan untuk kalian."
Hadiah itu terbungkus kertas coklat. Ia tidak bisa menebak isinya karena hanya berbentuk kotak seperti bentuk kardus saja.
"Dengan ini, saya sebagai sekolah menyatakan. Cerdas cermat tahun 2023 dimenangkan oleh..."
"KELAS IPA!" soraknya bersamaan dengan host dan para siswa dan siswi.
Dengan begitu kegiatan sekolah pada hari ini sudah berakhir. Gesta segera bersalaman ke kepala sekolah dan guru lainnya, lalu ia bergegas meninggalkan aula untuk menuju ke parkiran. Ia menitipkan hadiahnya pada Bunga untuk menyimpannya. Karena Kevin, Bunga dan Anggi masih ingin berada di aula sekolah.